my




LAPORAN FISIOLOGI HEWAN RUPA DARAH SEBELUM DAN SESUDAH HAEMOLISIS DAN MENENTUKAN TAHANAN OSMOTIK SEL-SEL DARAH MERAH

LAPORAN FISIOLOGI HEWAN RUPA DARAH SEBELUM DAN SESUDAH HAEMOLISIS DAN MENENTUKAN TAHANAN OSMOTIK SEL-SEL DARAH MERAH

UNTUK MENDAPAT FILE INI KLIK DISINI<.Marquee>




Nama Asisten : Delvi Azwar
LAPORAN FISIOLOGI HEWAN
RUPA DARAH SEBELUM DAN SESUDAH HAEMOLISIS
DAN MENENTUKAN TAHANAN OSMOTIK SEL-SEL DARAH MERAH

OLEH :
ZAINUDIN
NIM : 0804113884


lambang unrI HITAM PUTIH




LABORATORIUM BIOLOGIPERIKANAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2012








 


1.1.            Latar belakang

Fisiologi dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari fungsi, mekanisme, dan cara kerja dari organ, jaringan, dan sel – sel organisma. Fisiologi mencoba menerangkan faktor – faktor fisika dan kimia yang mempengaruhi seluruh proses kehidupan. (Fujaya, 2004)
Fisiologi mempelajari fungsi organ – organ tubuh atau fungsi keseluruhan organisme. Organ artinya alat – alat tubuh seperti hati, paru – paru, insang, jantung, ginjal yang merupakan bagian tubuh hewan sedangkan pada tumbuhan oragn antara lain meliputi akar, batang, daun, bunga. Organ – organ tersebut menyusun suatu organisme yaitu makhluk hidup baik yang makroskopik (berukuran besar, dapat dilihat dengan mata manusia tanpa bantuan alat) maupun yang mikroskopis (berukuran kecil, tidak dapat dilihat dengan mata manusia tanpa bantuan alat). Fisiologi mencakup pembahasan tentang apa yang dilakukan oleh makhluk hidup dan bagaimana mereka melakukan agar mereka lulus hidup dan dapat mengatasi berbagai tantangan dari lingkungan hidupnya sehingga mereka dapat beradaptasi dan memppertahankan eksistensinya. (Yuwono, 2001)  

Ikan adalah hewan yang bertulang belakang (vertebrata) yang berdarah dingin (poikilothermal) dimana hidupnya dilingkungan air, pergerakan dan keseimbangan dengan menggunakan sirip serta pada umumnya bernafas dengan insang. (Raharjo, 1980).

Tujuan dari praktikum rupa darah secara makroskopis dan mikroskopis sebelum dan sesudah haemmolisis adalah agar kita mengetahui proses apa yang terjadi terhadap rupa sel darah merah ikan ketika diberi aquades dan NaCl 3%.

Manfaat dari praktikum rupa darah secara makroskopis dan mikroskopis sebelum dan sesudah haemmolisis adalah menambah pengetahuan tentang peristiwa apa yang terjadi terhadap sel darah merah ikan ketika diberi aquades dan NaCl 3%.

II. TINJAUAN PUSTAKA



Fisiologi adalah suatu ilmu yang mempelajari segala proses yang berlangsung dalam tubuh makhluk hidup, baik organisme ber-sel tunggal maupun ber-sel banyak, termasuk interaksi antar sel, jaringan, organ serta semua komunikasi intercellular, baik energenik maupun metabolik. (Windarti et al, 2011).
Hewan air adalah makhluk hidup yang habitatnya di perairan dan tidak dapat memanfaatkan secara langsung zat – zat anorganik (organisme heterotrof) tetapi mereka dapat mendapatkan makanannya dari mikroba, tumbuhan atau hewan lainnya. Pada umumnya hewan air melakukan pergerakan untuk mencari makananan. (Yuwono, 2001)
            Menurut Khairuman (2008), di Indonesia, ikan mas mulai dikenal pertama kali di daerah Galuh, Ciamis, Jawa Barat sekitar tahun 1860. Setelah itu, berkembang ke daerah lain di Jawa Barat. Sejak permulaan abad ke – 23, budi daya ikan mas yang dilakukan di kolam dan di sawah, mulai berkembang di beberapa daerah di luar Jawa. Pada tahun 1892, ikan mas mulai didatangkan ke Bukittinggi, Sumatera Barat dan                                              Sumatera Utara, ikan mas didatangkan pada tahun 1903. Di Medan, ikan mas didatngkan pada tahun 1905. Sementara itu, ikan mas mulai dikenal di Sulawesi pada tahun 1895 yang diawali dari daerah Tondano, Sulawesi Utara. Di Manado, ikan mas didatangkan pada tahun 1905. Pada tahun 1936, di Sulawesi Selatan, ikan mas mulai dipelihara di sawah. Di Pulau Bali, ikan mas pertama kali didatangkan pada tahun1903 dan mulai dbudidayakan di sawah pada tahun 1931. Di Pulau Flores, ikan mas didatangkan pertama kali pada tahun 1932.
Spesies ikan mas (Cyprinus carpio) masuk dalam genus Cyprinus dari famili Cyprinidae. Di berbagai tempat ikan mas disebut sebagai ikan tambra, raya atau ameh. Ikan memiliki bentuk badan memanjang, sedikit pipih ke samping (compressed). Mulut dapat disembulkan terletak di ujung tengah (terminal). Mempunyai sungut dua pasang. Menurut beberapa ahli ikan, sungut inilah sebagai ciri pokok untuk membedakan ikan mas koki (Carasius auratus) yang strainnya sudah banyak itu dengan ikan mas karper (Cyprinus carpio), yang mempunyai strain banyak juga. Sirip punggung panjang dengan bagian belakang berjari – jari keras. Letak permulaan sirip punggung ini berseberangan dengan permulaan sirip perut. Ikan mas mempunyai sisik relatif  tipe Cycloid, mempunyai garis rusuk yang lengkap berada pada pertengahan sirip ekor. Gigi kerongkongan (pharyngeal teeth) terdiri dari tiga baris yang berbentuk graham. (Susanto, 2004)

Robert (1978) dalam Mulyani (2006) mengungkapkan bahwa darah merupakan cairan yang membawa nutrien, transportasi oksigen dan karbondioksida, menjaga keseimbangan suhu tubuh dan berperan penting dalam sistem pertahanan tubuh dan berperan penting dalam sistem pertahanan tubuh. Darah ada yang beruba padatan maupun cairan, yang termasuk kedalam padatan adalah sel darah merah (eritrosit) dan sel darah putih (leukosit) sedangkan yang berbentuk cairan ialah plasma darah.
Ikan pada umumnya mempunyai darah yang lebih sedikit dibandingkan dengan hewanlain vertebrata  lain . Volume darah pada ikan bertulang sejati berkisar antara 2-4 gram/100 gram berat badan. Tetapi pada beberapa jenis ikan seperti tuna, volume darah mencapai 8 gram/100 gram berat badan.  Darah selain berfungsi sebagai pengedar O2 ke seluruh tubuh dan membawa sampah metabolisme ke organ ekskresi,darah menjalankan berbagai fungsi yakni membawa zat makanan dari saluran pencernaan ke jaringan, membawa O2 dari insang ke jaringan, membawa sampah metabolisme dari jaringan ke organ ekskresi, mengangkut sekresi jelenjar endokrin, mempertahankan suhu tubuh, mempertahankan pH dan membantu tubuh mempertahankan diri dari serangan mikro organisme ( windarti, dkk 2012).
Jumlah sel darah merah sangat menentukan fungsi peredaran oksigen. Jumlah sel darah ikan pada ikan teleost berkisar antara 1.05×106 sel/mm3 dan 3.0x 106 sel/mm3. Jika dibandingkan dengan hasil dari praktikum maka Sel darah merah secara keseluruhan termasuk dalam kisaran normal. Sel darah merah sering disebut juga eritrosit. Eritrosit yang terlalu rendah akan menimbulkan terjadinya anemia, sedangkan jika terlalu tinggi menandakan ikan tersebut dalam keaadaan yang stres (Wademeyer dan Yasutake, 1977 dalam Purwanto, 2006).
Hemoglobin dalam darah menyebabkan darah berwarna merah, berfungsi untuk mengikat oksigen. Menurunnya kadar haemoglobin dapat dijadikan petunjuk mengenai rendahnya kandungan protein pakan, defisiensi vitamin atau ikan mendapatkan infeksi. Sedangkan meningkatnya haemoglobin menyebabkan ikan stres. Semakin rendah kadar haemoglobin yang dimiliki maka semakin kecil kemampuan untuk mengangkut oksigen ke dalam tubuh dan dapat menyebabkan mudahnya terinfeksi penyakit (Kuswardani, 2006).








III.    METODE PRAKTIKUM



Praktikum fisiologi hewan air tentang rupa darah secara makroskopis dan mikroskopis sebelum dan sesudah haemmolisis ini dilaksanakan pada hari Rabu 18 April 2012, pukul 08:00-10:00 WIB. Bertempat di Laboratorium Biologi Perikanan Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas Riau.


Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah darah ikan mas (Cyprinus carpio), EDTA/ heparin, aquades, NaCl 3%, Ethanol dan giemsa.
            Alat yang digunakan pada praktikum adalah pena, pensil, penghapus, penggaris , serbet, buku gambar, nampan, suntik, eppendorf, tabung reaksi, objek glass, cover glass, mikroskop, pipet tetes dan buku penuntun praktikum.
Metode yang digunakan dalam praktikum ini adalah metode pengamatan langsung terhadap objek yang akan diamati.

3.4.1        Cara mengambil darah ikan
Ø  Ikan dibius dengan minyak cengkeh secukupnya (sekitar 5 tetes/ liter) sampai pingsan
Ø  Jarum suntik dan spuit dibasahi dengan EDTA 10 atau heparin guna mencegah pembekuan darah
Ø  Darah ikan diambil melalui vena caudalis. Darah dimasukkan ke dalam tabung eppendorf yang sudah dibasahi EDTA 10 atau heparin. Bila disimpan dalam termos (+ pecahan es batu), darah tahan selama ± 3 jam

3.4.2        Cara menyiapkan sampel darah ikan untuk proses hemolisi
Ø  Ambil 3 buah tabung reaksi dan beri label A, B, dan C. kemudian, ke dalam tiap – tiap tabung masukkan 1 cc darah ikan. Pada tabung A, tambahkan 1 cc aquades. Pada tabung B masukkan 1 cc NaCl 3% dan darah pada tabung C dibiarkan seperti semula/ tidak ditambah apa- apa. Tabung dikocok, lalu dibiarkan selama 5 menit.
Ø  Buatlah preparat ulas/ usap darah dari darah yang sudah diperlakukan tersebut. Dari setiap tabung, ambil 1 tetes darah, teteskan pada bagian ujung dari objek glass. Kemudian, ambil objek glass lain, sentuhkan salah satu ujungnya pada tetesan darah tersebut dan geser sepanjang objek glass (objek glass untuk menggeser darah dalam posisi sudut 450 terhadap objek glass tempat darah diteteskan).
Ø  Kemudian, angkat objek glass dengan ulasan darah tersebut dan terawang pada cahaya datang (dasar hitam) dan cahaya tembus (dasar putih). Amati dengan menggunakan mikroskop.
Ø  Selanjutnya, darah pada tabung A ditambah lagi dengan 1 cc larutan NaCl 3. Darah paa tabung B ditambah dengan 1 cc aquades. Dengan demikian, perbandingan volume darah, air dan larutan NaCl 3 pada tabung A dan B menjadi sama.









3.4.3        Cara membuat sampel untuk pengamatan jenis – jenis darah
Ø  Buatlah preparat ulas darah dari darah ikan yang murni (tidak ditambah NaCl maupun aquades)
Ø  Preparat dikeringkan sselama 5 menit
Ø  Preparat dicelup pada ethanol murni dan dikeringkan sekitar 5 menit
Ø  Preparat dicelup dalam larutan Giemsa dan dikeringkan selama 5 menit
Ø  Preparat dicuci dengan air bersih, dengan cara dicelup – celupkan ke dalam air sampai kelebihan pewarna Giemsa bersih
Ø  Preparat dikeringkan lagi dan siap diamati di bawah mikroskop
Ø  Gambarlah bentuk – bentuk sel darah merah dan putih. Amati bentuk inti serta kondisi sitoplasma.










*      IV. HASIL DAN PEMBAHASAN



4.1. Hasil
Berdasarkan hasil pengamatan pada praktikum rupa darah secara makroskopis dan mikroskopis sebelum dan sesudah haemmolisis ini dapat diketahui hasilnya adalah sebagai berikut:
Ikan mas (Cyprinus carpio) diklasifikasikan kedalam ordo : Cypriniformes, family  : Cyprinidae, genus : Cyprinus, species : Cyprinus carpio.


..index.jpeg
Gambar 1. Ikan mas (Cyprinus carpio)

Foto0685.jpg
Gambar 2. Darah Kontrol

darah Nacl.JPG
Gambar 3. Darah + NaCl

aquades.JPG
Gambar 4. Darah + Aquades
darah Nacl.JPG

Gambar 5. Darah + Aquades + NaCl 3%
aquades.JPG
Gambar 6. Darah + NaCl 3% + Aquades


Ikan sebagaimana vertebrata lain, memiliki sel darah merah (eritrosit) berinti dengan bentuk dan ukuran bervariasi antara saatu spesies dengan lainnya. Elsmobransi dan hagfish memiliki sel darah merah yang besar, kira – kira 19,7 mm × 13,9 mm (Hartman dan Lessler, 1964 dalam Satchell, 1991), beberapa spesies yang lain memiliki sel darah merah berbentuk lonjong dengan diameter 11 – 14 μm, memiliki inti dengan ratio volume sel dan inti adalah 3,5 – 4,0. Jumlah sel darah merah pada masing – masing spesies juga berbeda, tergantung aktivitas ikan tersebut. Pada ikan yang memiliki aktivitas tinggi, seperti ikan predator blue marlin (Makaira nigricans) memiliki hematokrit 43% dan mackerel, 52,5%, sedangkan pada ikan nototheniid Pagothenia bermacchii hanya 21%. (Fujaya, 2004).
Darah kontrol yakni darah yang di ambil dari ikan mas yang di gunakan pada saat praktikum, darah kontrol ini yakni darah murni yang tidak ditambahkan dengan Aquades ataupun NaCl, darah kontrol ini digunakan sebagai perbandingan perbedaan rupa darah antara darah yang akan diberi Aquades dan darah yang akan diberi NaCl. Berdasarkan hasil praktikum rupa dari darah kontrol ini yakni berwearna merah pekat dan kental.
Gambar 3 merupakan darah ikan mas yang telah diberi larutan NaCl, dari hasil praktikum yang telah dilakukan dapat diketahui bahwasanya larutan NaCl jika ditambahkan pada darah dapat menjadikan darah tersebut menjadi berwarna merah cerah, tidak berwarna merah pekat seperti darah kontrol dan juga dapat ditembus oleh cahaya. Hal ini dapat terjadi dikarenakan larutan NaCl merupakan salah satu larutan yang di kategorikan kedalam larutan Hypertonik. Larutan hypertonik itu sendiri yakni larutan yang memiliki tekanan konsentrasi tinggi, dimana tekanan didalam sel darah yang telah diberi Larutan NaCl ini lebih tinggi dari pada tekanan di luar sel darah merah tersebut, sehingga hal ini yang menyebabkan terjadinya pengkerutan sel darah merah yang disebabhan oleh tekanan konsentrasi larutan NaCl yang tinggi.
Sedangkan darah yang diberi larutan aquades tidak terjadi perubahan yang begitu besar, karena larutan aquades tergolong kedalam larutan hipotonik yakni larutan yang mempunyai konsentrasi lebih besar tekanan diluar sel dan lebih kecil tekanan didalam sel darah merah.
Sistem peredaran darah pada semua organisme merupakan proses fisiologis yang sangat penting. Untuk melakukan aktivitas sel, jaringan, maupun organ membutuhkan nutrisi dan oksigen. Bahan – bahan ini dapat sisuplai hanya bila peredarandarah berjalan normal. Karenanya, semua fungsi dari setiap organ dalam tubuh kadang – kadang dapat dilihat pada darah. (Fujaya, 2004)
Di dalam matrik cairan darah terdapat sel – sel darah. Sel yang menyangkut oksigen disebut eritrosit. Sel yang berperan dalam kekebalan dan pertahanan tubuh disebut leukosit dan sel yang berperan dalam homeostatis disebut trombosit. (Yuwono, 2001)

Pada praktikum ini dapat terlihat bahwa darah kontrol masih dalam keadaan ukuran yang normal dan susunan darahnya rapi. Darah yang ditambah aquades terlihat di bawah mikroskop seldarahnya mengalami pembengkakan atau membesar karena aquades masuk kedalam sel dan jarak antar sel darah jarang atau berjauhan. Sedangkan darah yang ditambahkan NaCl 3% terlihat di bawah mikroskop rupa sel darahnya mengkerut ini terjadi akibat sifat dari NaCl yang dapat menyerap air sehingga cairan sel di dalam sel tertarik keluar sehingga sel darah menjadi mengkerut dan jarak antar sel menjadi rapat. Darah yang diberi aquades kemudian diberi NaCl 3% akan membuat rupa sel darah agak mengkerut sedangkan darah yang diberi NaCl 3% dan kemudian diberi aquades membuat rupa darah hampir mengarah kebentuk normal.
V.  KESIMPULAN DAN SARAN



Larutan yang tergolong kedalam larutan hipotonik jika dicampurkan dengan darah akanmemberikan perubahan terhadap sel darah merah, yakni sel darah merah akan menjadi lonjong. Larutan yang tergolong kedalam larutan Hypertonik jika dicampurkan ke darah, makan akan menbuat darah menjadi berwarna merah, tidak pekat dan dapat ditembus cahaya, selain itu juga menyebabkan sel darah merah menjadi mengkerut.





5.2. Saran
Didalam melakukan praktikum rupa darah secara makroskopis dan mikroskopis sebelum dan sesudah haemmolisis penulis menyarankan agar untuk praktikum kedepannya semua praktikan dapat melakukan pengambilan darah ikan dengan menggunakan suntik dan juga para praktikan harus memperhatikan asisten ketika menjelaskan cara kerja dalam menjalankan praktikum agar tidak terjadi kesalahan dalam melakukan praktikum dan akhirnya dapat memperoleh informasi yang akurat.













DAFTAR PUSTAKA




Share this artikel and Subscribe Free Update articel by email :
Di posting oleh : Unknown , Update pada : Tuesday, April 24, 2012 | ► 0 comments

No comments :

  • our skills

  • Blogspot Design
  • Blogspot Tutorial
  • Web Design
  • Logo Design
  • Poster Design
  • Banner Design
  • Design Grafis
  • Video Editing
  • Fotograph
  • video shoting
  • Tatto Design
  • Air Brus Design
  • Photoshop
  • Coreldraw
  • Macromedia Dreamweaver
  • Donate

  • bri-logo
  • bni-logo
  • Bca-logo
  • Mandiri-logo
  • Paypal-logo
hubungi sayalink exchangeDiskusi